content top

Senin, 23 April 2012

Faperta Berduka

Inalillahi wainnailaihi roji'un..

Telah berpulang ke Rahmatullah Ayahanda dari saudara kita:

FAHMI RIDHO
(Agribisnis '10 - AgITC)

Tadi pagi.

Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT, dan keluarga yang ditinggalkan di beri ketabahan.

Amin ya Robb..!!

Fahmi Ridho_(0852 7447 6888)

Selasa, 17 April 2012

Boediono: Riset Penting bagi Dunia Pertanian

Wakil Presiden Boediono menekankan pentingnya research and development (penelitian dan pengembangan) berbagai sektor komoditas untuk peningkatan produktivitas yang berkesinambungan. "Secara umum, asal-muasal potensi peningkatan produktivitas adalah R&D (research and development). Ini berlaku di sektor pertanian, manufaktur, dan jasa," kata Boediono dalam kata sambutannya di acara Raker Nasional Pembangunan Pertanian 2012 di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu, 11 Januari 2012.

Namun anggaran penelitian dan pengembangan di Indonesia merupakan yang terendah di ASEAN, baik anggaran dari pemerintah maupun swasta. Padahal penerapannya memiliki relevansi dengan upaya peningkatan produktivitas komoditas apa pun. Penelitian dan pengembangan juga harus bisa diterjemahkan di lapangan, bukan sekadar penemuan di laboratorium. "Dengan anggaran yang terbatas itu, kalau tidak dimanfaatkan dengan efektif, maka akan semakin tidak capai sasaran," kata Boediono.

Ke depan, pemerintah harus memikirkan kembali bagaimana meningkatkan anggaran untuk R&D dan juga meningkatkan kemampuan kapasitas penggunaan anggaran secara efektif. Yang harus dipikirkan juga adalah menampung salah satu sasaran jangka menengah, yakni mendorong peningkatan produktivitas yang berkesinambungan dari tahun ke tahun.

Boediono menambahkan, R&D harus memiliki dampak nyata di lapangan. Selain itu harus ditutup dengan kebijakan pendukung yang baik, seperti kebijakan kelembagaan, infrastruktur yang mendukung, dan anggaran yang sesuai.

"Ini semua harus ada untuk terjemahkan hasil R&D dari laboratorium sampai diadopsi petani. Jika telah diadopsi maka akan muncul hasil statistik pertanian makro yang meningkat," ujarnya.

Boediono meminta Kementerian Pertanian mampu menyerap anggaran dengan baik dan maksimal. Penyerapan tidak hanya berdasarkan kecepatan, tapi juga harus tepat sasaran. "Jangan sampai penyerapan anggaran menumpuk di masa akhir tahun anggaran," katanya. Menurut Boediono, R&D seyogyanya harus mampu berdampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, dan kesejahteraan masyarakat.

Sementara itu, Kepala Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian Haryono mengakui anggaran yang diberikan masih kecil. Meski tiap tahun anggaran untuk Litbang pertanian meningkat, masih tetap tergolong kecil. Tahun 2009, anggaran Litbang sekitar Rp 800 miliar, naik pada 2010 menjadi Rp 1 triliun, dan tahun ini sebesar Rp 1,43 triliun.

"Tahun ini R&D kami fokus pada pengembangan varietas unggul untuk komoditas pangan, perkebunan, dan hortikultura. Juga fokus pada inovasi teknologi pendukung peningkatan produktivitas," ujarnya dalam acara yang sama.

Anggaran terbatas itu, lanjutnya, sudah termasuk untuk penggunaan pengembangan sumber daya manusia, kualitas varietas yang dihasilkan, dan operasionalisasi penelitian. "Saat ini kami sudah ada varietas benih padi yang adaptif, yaitu Inpara, Inpago, dan Inpari 13, meski persentase penggunaannya masih kecil," ujarnya.

TEMPO.CO, Jakarta

content top