BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) berunjuk rasa mengkritis kebijakan energi oleh pemerintah, Kamis (1/3/2012) di Bandar Lampung, dalam aksi puncak musyawarah nasional,
Selain menolak rencana kenaikan harga BBM, mereka menuntut kedaulatan negara dalam penguasaan blok-blok mintak dan gas yang selama ini dikuasai asing.
Aksi unjuk rasa yang diikuti 132 mahasiswa perwakilan dari 70 BEM perguruan tinggi se-Indonesia itu, dipusatkan di Tugu Adipura, Bandar Lampung.
Sebelum berkumpul di Tugu Roda, mereka melakukan long march dari Masjid Taqwa sepanjang sekitar 3 kilometer.
Dalam aksi itu, mereka menentang keras rencana kenaikan BBM yang akan dibarengi pula peyesuaian tarif dasar listrik.
"Kebijakan ini hanya akan menambah penderitaan rakyat kecil. Sumber-sumber kekayaan (energi) harusnya digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat," tutur Eko Primananda, Presiden BEM Keluarga Mahasiswa Universitas Lampung.
Terkait penolakan ini, dalam unjuk rasa itu, mereka bahkan meneriakkan, "BBM naik, SBY-Boediono turun".
Menurut mahasiswa, daripada menaikkan harga BBM untuk mengurangi beban subsidi di APBN, pemerintah diminta menuntaskan kebocoran APBN yang diklaim mahasiswa rata-rata sebesar 30 persen.
"Kami meminta pemerintah mengembalikan kedaulatan dalam pengelolaan atau penguasaan blok-blok minyak dan gas yang selama ini dikuasai asing," ujar Tantri, Koordinator Pusat BEM SI.
Aksi unjuk rasa ini merupakan puncak dari rangkaian kegiatan Musyawarah Nasional BEM SI yang dilaksanakan 26 Februari - 2 Maret di Bandar Lampung.