Jakarta – Pemerintah menyatakan ketertarikannya melakukan kerjasama di bidang riset dan pengembangan padi hibrida di Vietnam. Bibit yang akan dikerjasamakan pengembangannya oleh Indonesia dan Vietnam tersebut berasal dari China. Hal ini disampaikan Menteri Pertanian, Dr. Ir. Suswono, MMA saat menggelar jumpa pers di Jakarta pada Senin (19/3/2012) usai menghadiri Konferensi FAO Kawasan Asia Pasifik ke 31 di Hanoi, Vietnam pada tanggal 15 – 16 Maret 2012.
Dijelaskan Mentan, selain kerjasama riset dan pengembangan padi hibrida, Pemerintah Indonesia juga menyampaikan keinginannya untuk melakukan investasi terkait ketahanan pangan di Vietnam.
“Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Vietnam, Dr. Cao Duc Pat,Indonesia berminat melakukan kerjasama dengan Vietnam dalam bidag riset dan pengembangan padi hibrida serta investasi terkait ketahanan pangan,” kata Mentan.
Menurut Mentan, di bidang pertanian, Vietnam mampu mencapai surplus beras hingga 10 juta ton per tahun karena negara tersebut mampu memproduksi padi sebanyak 40 juta ton gabah kering giling atau setara 24 juta ton beras. Padahal kebutuhan beras untuk konsumsi negara yang berpenduduk sekitar 86 juta jiwa tersebut hanya sekitar 12 juta ton per tahun.
Lebih lanjut dikatakan Mentan, luas lahan baku di Vietnam saat ini hanya seluas 4,3 juta hektare, lebih rendah daripada Indonesia yang mencapai 7,9 juta hektare."Namun demikian negara tersebut mampu panen sebanyak tiga kali setahun dengan produktivitas sekitar 5,2 ton per hektare sehingga produksi mencapai 40 juta ton GKG. Sementara itu, produktivitas tanaman padi di Indonesia hanya 5,1 ton/hektare dengan panen hanya dua kali dalam setahun,” jelas Mentan. Potensi produktivitas di Vietnam tersebut bahkan mampu meningkat hingga 9 – 10 to per hektar apabila menggunakan padi hibrida.
Sumber: Biro Umum dan Humas