Aktivis Gerakan Indonesia Bersih Adhie Massardi mensinyalir ada skenario untuk merusak dan mencitrakan ketakutan dalam aksi unjuk rasa menolak penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Mantan juru bicara Presiden Abdurahman Wahid itu mengatakan, berbagai upaya terus dilakukan pemerintahan SBY untuk meredam gejolak penolakan penaikan harga BBM, terutama di kampus-kampus.
"Antara lain dengan memberi upeti ratusan juta rupiah kepada sejumlah rektor perguruan tinggi agar melarang mahasiswa turun ke jalan," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima MediaIndonesia.com, Jakarta, Senin (26/3).
Selain itu, puluhan pimpinan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dari berbagai universitas diajak pelesiran ke luar negeri untuk mengurangi unjuk rasa menolak rencana kebijakan penaikan harga BBM.
"Karena aksi penolakan penaikan harga BBM tak kunjung bisa diredam pemerintah lalu membangun opini (insinuasi) negatif seolah para penentang kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat itu akan membuat huru-hara," kata Adhie.
Hal tersebut, kata Adhie, menjadi alasan utama diturunkannya pasukan TNI bersenjata lengkap yang disiapkan sebagai alat pemukul para pengunjuk rasa. "Padahal selama ini polisi tidak pernah bermasalah dalam menangani dan mengawal setiap unjuk rasa," ujarnya.
Pemerintah, lanjutnya, juga ditengarai menebar rasa takut di kalangan etnis Tionghoa dengan mengatakan bahwa aksi menentang kebijakan penaikan harga BBM yang akan dimulai pada 27 Maret ini bakal berujung kerusuhan sebagaimana terjadi pada Mei 1998. (MI/DSY)
Mantan juru bicara Presiden Abdurahman Wahid itu mengatakan, berbagai upaya terus dilakukan pemerintahan SBY untuk meredam gejolak penolakan penaikan harga BBM, terutama di kampus-kampus.
"Antara lain dengan memberi upeti ratusan juta rupiah kepada sejumlah rektor perguruan tinggi agar melarang mahasiswa turun ke jalan," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima MediaIndonesia.com, Jakarta, Senin (26/3).
Selain itu, puluhan pimpinan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dari berbagai universitas diajak pelesiran ke luar negeri untuk mengurangi unjuk rasa menolak rencana kebijakan penaikan harga BBM.
"Karena aksi penolakan penaikan harga BBM tak kunjung bisa diredam pemerintah lalu membangun opini (insinuasi) negatif seolah para penentang kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat itu akan membuat huru-hara," kata Adhie.
Hal tersebut, kata Adhie, menjadi alasan utama diturunkannya pasukan TNI bersenjata lengkap yang disiapkan sebagai alat pemukul para pengunjuk rasa. "Padahal selama ini polisi tidak pernah bermasalah dalam menangani dan mengawal setiap unjuk rasa," ujarnya.
Pemerintah, lanjutnya, juga ditengarai menebar rasa takut di kalangan etnis Tionghoa dengan mengatakan bahwa aksi menentang kebijakan penaikan harga BBM yang akan dimulai pada 27 Maret ini bakal berujung kerusuhan sebagaimana terjadi pada Mei 1998. (MI/DSY)
Metrotvnews.com, Jakarta